Tina, gadis belia yang cantik, putih, dan ramah. Tina bersekolah di SMA Melati Jaya yang terletak di pusat kota, dan terkenal sebagai sekolah yang bergengsi. Bukan karena kecerdasan siswanya, tapi karena harta. Yang bersekolah disitu rata-rata adalah anak pejabat dan anak-anak yang berada. Yang selalu naik turun mobil, dan bisanya hanya teriak “biiii...!!”
Semua itu berbeda 180o dengan kehidupan Tina. Tina adalah anak yang tidak mampu. Ibunya seorang buruh cuci yang gajinya hanya cukup untuk membeli permen, dan ayahnya seorang pembersih sekolah di SMA Melati Jaya, sekolah bergengsi itu. Tina dapat bersekolah di SMA Melati Jaya karena mendapat beasiswa dari Kepala Sekolah SMA tersebut, ia sangat senang atas kedisiplinan ayah Tina bekerja.
***
Hari pertama masuk sekolah pun tiba. Tina dan ayahnya pergi ke sekolah dengan menggunakan motor tua andalannya. “Assalamualaikum bu, Tina berangkat dulu ya, doakan Tina dapat teman yang banyak ya bu hehehe” teriak Tina kepada ibunya yang berada tidak jauh dari dirinya. “Waalaikumsalam anakku, hati-hati di jalan sayang” jawab ibu dengan penuh rasa bahagia karena bisa melihat anaknya memakai seragam lagi.
“Waahhh ayah, sekolah ini besar bangeeett... banyak mobilnya lagi... pasti teman-teman Tina orang kaya semua ya Yah?” kata Tina ternganga ketika melihat seluruh isi sekolah. “Iya anakku, sekolah ini memang sangat bagus. Disini kebanyakan anak orang kaya dan bermobil. Tapi, kamu jangan silau dengan harta, karena tujuan sekolah adalah menimba ilmu, bukan bertanding harta. Mengerti kan? Sekarang kamu cari kelasmu, ayah mau membersihkan halaman belakang dulu.” Kata ayah diikuti senyuman mengerti Tina. Tak lama kemudian Tina mendapatkan kelasnya. Agak canggung memang, berada di lingkungan yang sama sekali tidak sederajat dengannya, tapi bukan Tina namanya kalau masih segan untuk berkenalan.
“Hai.. namaku Tina. Kamu?” sapa Tina dengan senyum ramahnya. Lalu gadis itu menjawab dengan santai “hai juga.. gue Kristin.” “halo Kristin, salam kenal” lalu mereka bersalaman. Mulai hari itu Tina akrab dengan Kristin, cewek kaya yang tergolong tidak sombong dan tidak memilih-milih teman. Kristin adalah anak dari keluarga yang broken home, ibunya pergi entah kemana, ayahnya jarang memerhatikannya. Karena sangat sibuk dengan pekerjaannya sebagai pengusaha showroom mobil di pusat kota ini.
Tina dan Kristin sering pergi ke Mall setelah pulang sekolah menggunakan mobil pribadi Kristin. Ketika sedang berdua, Tina sangat terlihat beda dengan Kristin. Kristin begitu modis sedangkan Tina pakaiannya hampir lusuh. Tapi Kristin tidak peduli hal itu, ia terima Tina apa adanya.
***
Kemauan Tina untuk tampil modis dan gaul di depan teman-temannya sangat kuat dan ia menjadi keras kepala. Ia selalu menuntut orangtuanya untuk membelikannya ini itu yang ia inginkan. Walaupun dengan terpaksa, orangtua Tina menurutinya saja, karena Tina adalah anak kebanggaan mereka. Karena diantara kakak-kakaknya, Tina paling beruntung, karena bisa melanjutkan sekolah. Sedangkan kakak-kakaknya, ada yang putus sekolah dan sekarang menjadi petani, dan ada juga yang menjadi TKI di Saudi Arabia.
Suatu hari Tina melihat Ibunya baru saja keluar dari kediaman Ibu Satoto, orang kaya yang bersifat kejam dan tidak memiliki tenggang rasa terhadap tetangga. Ketika sampai rumah, Tina bertanya pada ibunya, “Ibu ngapain ke rumah Ibu Satoto? Apa ibu tidak kesal dengan nenek tua itu? Dia kan pernah mengejek kita karena kita selalu memakai barang butut, dia juga pernah sengaja membuang sampah di rumah kita kan, karena dia kira rumah kita adalah tempat pembuangan sampah?!!” Ibu Tina terkejut karena Tina tahu bahwa ia tadi ke rumah Ibu Satoto. “L... loh tahu darimana kamu, nak?” “tadi pulang dari mall Tina liat ibu keluar dari rumah nenek tua itu. Ibu ngapain sih kesitu? Ibu jujur aja deh sama Tina!” jawab Tina seraya melepaskan semua aksesoris modis hasil memaksa orangtuanya. “hmm tadi Ibu pinjam uang dengan Ibu Satoto Tin,....” belum selesai ibunya berbicara, Tina memotong “Ibu??!! Ibu ngapain pinjam uang sama dia? Bukannya ibu sendiri dulu bilang, lebih baik makan nasi sama garam aja daripada harus meminjam uang kepada orang lain, apalagi dengan Ibu Satoto. Tapi kenapa....” ibu pun memotong ocehan Tina “ibu pinjam uang dengan Ibu Satoto bukan karena tanpa alasan, Tina. Kamu sendiri, kan, yang selalu minta dibelikan ini itu supaya terlihat sederajat dengan teman-temanmu? Makanya, ibu selalu berusaha agar menuruti apa yang kamu mau, nak.” Sontak Tina langsung meneteskan air mata. Seperti lupa bahwa selama ini ia telah menjadi anak yang menyusahkan orangtuanya. Tina baru menyadarinya! Ia sangat dendam dengan Ibu Satoto, dan sama sekali tidak ingin berhubungan dengan orang itu.
Mulai hari itu Tina selalu menabung. Jika menginginkan sesuatu, ia membelinya menggunakan uang tabungannya sendiri, tanpa mengemis dengan orangtuanya dan menyusahkannya. Tina jera dan ekarang ia lebih tampil sederhana.
***
“Weisss.. nona cantik kok sekarang penampilannya beda?? Ada apakah gerangaaann??” sapa Tomas, cowok jahil dan bacot sekelas Tina. “urusan loe?” jawab Tina staycool. “eleleeehh.. si nona galak amat? Ada masalah? Bokap nona bangkrut yaa? Jadi gak bisa tampil kece lagi? Hahaha kaciaaannn” siapa yang tidak kesal dibilang seperti itu. Latar belakang ayah Tina memang tidak diketahui oleh banyak temannya, hanya Kristin yang tahu. Bukan karena dirahasiakan, tapi karena memang tidak ada yang peduli tentang itu. Dengan dingin Tina menjawab “Tomas cowok kece, bokap Tina itu bukan pejabat, yang selalu menghalalkan segala cara agar jauh dari kata bangkrut. Tahu Pak Giran? Pembersih sekolah yang motor bututnya sering kamu hias dengan daun-daun? Itulah bokap Tina” mendengar jawaban itu, semua orang yang mendengarnya menjadi diam, tak terkecuali Tomas. Tomas, anak pejabat yang kini ayahnya di penjara karena kasus korupsi, sedangkan ibunya, kini hanya menjadi pegawai biasa di perusahaan kecil, karena perusahaannya bangkrut.
Malamnya, Tomas masih meyakinkan diri bahwa kejujuran Tina di depan kelas tadi bukanlah mimpi atau drama belaka, tapi kenyataan. Ia sangat menyukai cewek yang apa adanya, seperti Tina. Mulai kejadian itu, Tomas menyukai Tina. Keesokan harinya Tomas minta maaf kepada Tina dan Tina memaafkannya.
Dimata Tomas, Tina adalah cewek yang dewasa dan mandiri. Tomas jadi sering curhat dengan Tina, bahkan mereka sering bertiga, Tina, Kristin, dan Tomas.
***
Malam minggu tiba. Mereka yang biasanya setiap malam minggu hangout, kali ini tidak. Kristin sedang keluar kota. Tina tidak ingin hangout seperti biasanya karena ia pikir hangout hanya menghambur-hamburkan uang, lebih baik di rumah, banyak hal berguna yang dapat dilakukan.
“Tiiinnn... ada SMS nih” teriak ibu dari kamar Tina. Tina yang sedang mencuci piring setelah makan malam pun berbalas teriak “dari siapa bu?? Kok tumen ada yang SMS??” Tina memang jarang sekali SMS-an. “gak ada namanya ini Tin.” Kata ibu sambil mendekatiku. Tina yang kebetulan sudah selesai mencuci piring pun langsung membuka SMS itu.
X: Hallo nona kece.. hehehe...
T: hallo juga. Siapa ya?
X: elelehh neng geulis. Ini aa’ Tomas neng
T: oalah ada apa cowok kece?
X: kaga apa-apa neng. Gak malming nih? Tumben.
T: mau sama dia atau cuma di rumah toh malming tetep terjadi kan?
X: cerdas banget kamuuu. Apa resepnya sih?
T: biasa aja kok, kamu aja kali yang gak pernah ngomong serius. Hehehe
X: tapi beneran loh Tin, kamu tuh dewasa.
T: alhamdulilah deh dibilang dewasa. Kita hidup di era sekarang nih kalo gk bijak gk sejahtera bro
X: wahwah malming dapat tausiyah nieh
T: mending deh lu dapat tausiyah berguna, gratis, drpd lu keluyuran gk jelas buang2 uang
X: hm bener juga ya. Aku suka kamu, boleh?
T: haha apasih kamu ni, dikasih tausiyah kok malah ngelantur ngomongnya
X: idihh.. gak ngelantur kali. Aku beneran suka sama kamu. Sejak kamu jujur di depan kelas kalo bapak kamu itu Pak Giran. Aku kagum banget sama kamu, Tin. Sedangkan aku....
T: hmm gitu.. aku juga kagum sama kamu kok. Walaupun sebenarnya keluarga kamu sedang diberi cobaan, tapi kamu jahilin motor bututku. Hahaha
X: kl soal itu, aku minta maaf ya, Tin. Kamu mau gak jadi pacarku? Aku bisa buktikan kok kalo aku beneran sayang sama kamu.
Tina sangat bingung menjawabnya. Kapan lagi memacari cowok keren incaran cewek-cewek sekolah, pikir Tina. Tapi, tanpa pikir panjang, Tina pun meng-iya-kan pertanyaan Tomas. Mereka pun pacaran hingga kelas 3 SMA.
***
2 tahun kemudian...
Tina melihat Tomas sedang berada di depan rumah Ibu Satoto. Tina tercengang. Tina dapat melihat jelas wajah Tomas yang memelas memohon sesuatu dengan Ibu Satoto. Tina memantaunya dari kejauhan, hingga akhirnya salah satu pesuruh Ibu Satoto berbadan kekar menendang Tomas ketika Tomas hendak berlutut di hadapan Ibu Satoto. Tina yang tidak terima kekasihnya disakiti seperti itu, bergegas pergi menghampiri Tomas yang terjelungkup dengan memar di wajahnya. “ada apa ini? Mengapa Tomas diperlakukan seperti ini?” tanya Tina kepada mereka seraya membantu Tomas berdiri. “heh kamu gadis miskin. Tidak usah ikut campur!!!” hardik Ibu Satoto kepada Tina. Dengan sedikit berbisik dan kesakitan Tomas berbicara padaku “sudah, tidak apa-apa. Mending kita pergi dari sini.” Lalu Tina membawa Tomas ke rumahnya untuk mengobati lukanya itu.
“kamu kok bisa ditendang sih, Tom?” tanya Tina sambil membersihkan luka Tomas. “Ibu Satoto adalah ibu dari ayahku. Ia adalah orang yang sangat keras dan tidak disenangi banyak orang...” “iya, benar sekali itu!” ketus Tina. “ya, itulah nenekku.” Kata Tomas dengan menahan airmatanya. “terus ngapain kamu ke rumah nenek tua itu?” tanya Tina. Tomas menjelaskan semuanya sambil meneteskan airmata, “ayahku di penjara, penyakit Ibuku kini kambuh, butuh di rawat di rumah sakit, tapi kamu tau kan, aku anak tunggal, di rumah hanya aku dan ibu, keluargaku di luar kota semua, yang tersisa hanyalah Ibu Satoto. Tapi nenek cuek sekali dengan aku dan orangtuaku, karena beliau sangat kecewa dengan orangtuaku yang nasibnya tak karuan sekarang. Sebenarnya beliau adalah orang yang ramah dan tegas, tapi karena ayahku terlibat kasus korupsi, ia merasa gagal dalam mendidik anaknya. Sejak itulah ia berubah. Sekarang, aku ingin minta bantuannya untuk membiayai penyembuhan ibuku, tapiiii...” Tina terdiam, ia tidak menyangka sebegitu tragisnya semua ini terjadi.
***
Tiga hari kemudian, Tomas memberanikan diri ke rumah Ibu Satoto. Tapi, pesuruh Ibu Satoto malah memukulinya dengan tidak berperikemanusiaan. Kini tak hanya wajah, tapi sekujur tubuh Tomas babak belur. Mulut, hidung, kepala, dan matanya berdarah. Wajah Tomas kini seperti zombie menakutkan. Tak terlihat lagi mata indahnya, yang terlihat hanya darah kental dengan warna biru di sekelilingnya. Sungguh mengenaskan. Warga kampung yang mengetahui hal itu langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.
***
Kini hidup Tomas menderita. Ayahnya di penjara, ibunya sakit-sakitan, dan Tomas sendiri harus merelakan kakinya patah dan.... kehilangan penglihatannya. Ya, Tomas buta. Tapi Tina tetap menjaga Tomas dan tidak meninggalkannya karena ia cacat. Tina menerima Tomas apa adanya.
Kalau dulu Tomas dilihat sebagai cowok keren yang jahil, tapi sekarang ia dilihat sebagai cowok cacat yang tidak bisa melihat apa-apa. Kini ia hanya menjadi bahan olokan teman-temannya. Semua membicarakan Tomas. Ada yang prihatin, tapi tak sedikit pula yang menghujatnya.
Setelah lulus SMA, Tomas tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena kondisi fisik dan perekonomian keluarganya saat ini, walaupun ayahnya sudah kembali ke rumah tetapi Ibunya masih membutuhkan biaya besar untuk menyembuhkan penyakitnya. Hubungan Tina dengan Tomas tidak pernah putus. Kadang Tina ke rumahnya mengantar makanan dan Tina sering mengantar Ibu Tomas ke rumah sakit untuk mengontrol penyakitnya.
***
Tahun demi tahun berlalu.. Suatu hari, Tina mengajak Tomas menghirup udara segar di taman kota. Tiba-tiba Tomas berkata, “aku akan menikahimu saat aku sudah bisa melihat. Karena aku gak mau kau memiliki pasangan yang cacat, begitu pula aku.” Tina sangat tersentuh mendengarnya dan meneteskan airmatanya.
***
Beberapa hari setelah kejadian itu, ada seseorang yang rela mendonorkan matanya untuk Tomas. Mulia sekali orang itu. Akhirnya, Tomas kini bisa melihat tanpa ia tahu siapa pendonornya. Ia sangat bahagia. Tanpa ragu-ragu Tomas bergegas menemui Tina di rumahnya. Lalu ia sangat terkejut mengapa kepala dan mata Tina dikelilingi perban. “Tina sayang, kepala kamu kenapa? Kamu kecelakaan?” kata Tomas panik. Kemudian Pak Giran membukakan perban Tina, dan Tomas dapat melihat semuanya dengan jelas. Jelas sekali. Kini Tomas harus menerima semuanya, Tina buta!! Tina cacat!! Kekasihnya cacat!!! Dengan lembut Tina berkata pada Tomas, “sekarang, maukah kau menikahiku?” dengan spontan Tomas menggeleng dan berkata, “tidak! Tidak mungkin!” seperti yang dikatakannya ketika di taman beberapa hari yang lalu, ia tidak mau memiliki pasangan yang cacat. Lalu Tomas bingung dengan senyum yang disunggingkan Tina seraya berkata, “sampai sekarang tahukah kamu siapa yang mendonorkan matanya untuk kamu?” Tomas menjawab, “Tidak” dan Tina bertanya sekali lagi, “sekarang, apakah kau mau menikahiku?” dengan lebih tegas dan sedikit berteriak Tomas berkata, “TIDAK!!” senyum di wajah Tina semakin penuh arti dan dihiasi air mata sambil berkata, “kalau begitu jaga mataku baik-baik ya”.
***